August 31, 2012

MUDIK = PEMBUNUH MASSAL

Gw benci dengan kata-kata mudik sebenci gw dengan musim lebaran dan akhir puasa beberapa tahun ini. Kenapa tidak, seharusnya momen suci dilaksanakan dengan kesucian tapi yang ada hanyalah hingar bingar manusia-manusia "bodoh" yang membakar petasan tetapi enggan "membakar" takbir didalam masjid, memborong sale-sale di supermarket tapi lupa bahwa hikmah Ramadhan dan Syawal itu sangatlah tinggi, bercengkrama dengan para handai taulan tetapi khilaf dengan panggilan adzan hingga melupakannya. Dan yang paling parah adalah ritual mudik yang tahun ini bisa menelan korban mencapai 820 jiwa diseluruh NKRI ini. 

Hebat kan, hampir 820 jiwa melayang saat mudik yang hanya sekitar 10 harian, kalo bisa dibilang mudik adalah pembunuh massal manusia yang hanya ingin memamerkan kekayaannya di desa dan menyombongkan apa yang ia bawa dari kota. Kalau alasan mudik adalah ingin silahturahmi dengan sanak famili di kampung halaman, apa bedanya kalau gw tanya "kenapa harus setahun sekali silahturahmi??" sama seperti pernyataan umat muslim yang mengecam adanya hari kasih sayang, tetapi melaksanakan hari kasih sayang *baca : silahrutahmi* hanya setahun sekali, apa bedanya??
Come On, kenapa ritual seperti itu harus menjadi kebiasaan yang salah sih? emang enak sih ngeliat Jakarta, Bekasi, Depok lengang kangkung gak macet parah kaya hari-hari biasa, perjalanan yg kemarin gw tempuh dari Bekasi mau ke Senayan City aja cuma kisaran 25 menitan, coba kalo hari biasa bisa hampir 1 jam. Tapi bukan itu pointnya, gw rada nyess saat tahu berita memberikan info bahwa total pemudik yang tewas mencapai angka 820 jiwa, apakah itu bukan menjadi titik balik kita buat sadar bahwa mudik bukan segala-galanya saat hari Syawal itu tiba, lagi pula buat apa mudik kalau puasa aja ditinggaliin??sholat dilupakan??sodaqoh gak inget?? 

Saat kemarin hari-hari terakhir puasa dan pemudik sudah mulai membanjiri jalan-jalan alternatif ke kampung halamannya, banyak banget yang gw liat makan dan minum dimana saat itu masih waktunya berpuasa, iya memang Allah memaklumi hambanya yang melakukan perjalanan jauh saat berpuasa, tapi apakah itu bisa dijadikan alasan??okeh itu bisa dijadikan alasan, tapi bukannya kita harus membayar fidyah dan menggantinya ya, apakah pemudik tersebut ingat untuk membayar puasanya yang ia batalkan hanya karena perjalanan ke kampung halamannya??kalau akhirnya puasanya hilang dan ia lupa lalu sudah bertemu dengan puasa berikutnya dan lagi-lagi kehilangan puasa dihari-hari akhir. Mana makna Ramadhan dan Syawalnya?? 

Okelah itu balik ke diri masing-masing aja, toh ini hanya sekedar kebencian gw dengan makna Ramadhan dan Syawal yang sudah jauh berbeda dari dahulu kala saat gw menikmatinya, makanya udah beberapa tahun ini jarang banget gw mau membalas ucapan selamat Iedul Fitri karena gw merasakan ada yang hilang dari makna ucapan tersebut. Udah hampir 4 tahunan ini kok gw merasakan hal itu, gw benci dengan ritual-ritual bodoh selama Ramadhan dan Syawal, tapi gw gak benci dengan puasa dan ibadahnya. 


 ~r4,20120831~

No comments: